Sejatinya, cintaku kamu !

Flash True Love yang masuk 20 terbaik dalam event Pena Meta Kata Publishing.
Tema : True Love




Sejatinya, cintaku kamu!
Aku tidak berniat membangkang. Semua orang punya harapan dan cita-cita tersendiri. Terlebih lagi aku baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Entah mengapa kedua orangtuaku masih berpikir kolot dalam segala tindakan mereka termasuk dalam menentukan kelanjutan masa depanku. Saat seharusnya aku memikirkan harus jadi apa,  saat itu orangtuaku justru memikirkan hal besar yang bahkan tidak terbesit dalam pikiranku. Perjodohan. Ini semua tidak mendadak seperti yang aku rasakan, mereka sudah merencakannya jauh-jauh hari. Diam dan menurut, kurasa itu saja yang bisa kulakukan. Kenapa secepat ini? kenapa aku harus memikirkan pernikahan? semua pertanyaan itu seakan mencekikku untuk mendapatkan jawaban, orangtuaku punya jawaban sendiri ‘’Ini semua untuk kebaikan mu, nak!’’.
Hari itu datang juga. Mereka semua mendandaniku seperti seorang putri. Sesuai pembicaraan kemarin akan ada seorang pria yang datang melamarku. Jelas, aku tidak tahu siapa dan seperti apa orang itu. Aku hanya disuruh duduk diam dan memberikan jawaban. Aku melakukannya dengan baik, juga memberikan jawaban yang baik menurutku yang membuat kedua orantuaku murka. Mereka masih bertanya-tanya hingga seminggu setelah acara lamaran itu berlangsung. Kurang apa dia dan lainnya? Semua pertanyaan itu mendesakku. ‘’Laki-laki itu tidak sesuai hatiku’’ sesingkat itu saja kujawab pertanyaan mereka dan berlalu saat mereka mulai lagi menyinggung perjodohan untukku.
Laki-laki yang mengaji disurau itu. Suaranya yang berat tapi merdu melantunkan ayat-ayat suci_Nya. Seperti apa rupanya yang sesungguhnya, aku masih sangat penasaran hingga saat ini.
‘’Bagaimana nak? Kamu mau dengan laki-laki ini?’’ Tanya Bapak dengan lembut. Aku hanya mengangguk. Laki-laki itu memang tampan tapi dia sudah berumur. Mana mungkin aku menjalani hubungan dengan seseorang yang sudah berumur terlalu jauh dariku. ‘’Aku mau tapi aku punya satu syarat!’’ jawabku mantap. Laki-laki itu langsung memintaku untuk memberitahunya apa yang menjadi persyaratan dariku. Kukatakan dengan pelan dan lembut bahwa nanti setelah seminggu menikah aku harus langsung di ajak ke rumah Allah SWT. Dengan kata lain dia harus mengajakku naik haji dengannya sekaligus. Mereka semua tercengang. Seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Mereka menganggapku gila karena dengan mudah mengajukan persyaratan yang bahkan orang kaya raya pun sulit melakukannya. Pada akhirnya menyerah juga laki-laki itu. Aku menghela napas lega.
 ‘’Aku memang tidak sekaya semua lelaki yang pernah datang melamarmu, tapi aku berjanji akan menjadi yang terbaik’’. Sesingkat itu saja kata-kata yang keluar dari mulutnya tanpa basa-basi seperti banyak lelaki sebelumnya yang datang melamarku. Dia mengatakan sejujurnya semua kekurangannya. 
Pesta itu diadakan dengan sangat meriah. Seperti seorang puteri saja rasanya. Ya, begitu aku mengiyakan sebulan yang lalu semua orang langsung bergembira dan sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Aku tidak terlihat begitu bahagia karena aku pun masih tidak yakin dengan pilihanku. Laki-laki itu, laki-laki yang suaranya merdu, laki-laki yang hanya bisa kulihat punggungnya saat dia meninggalkan surau, tinggi semampai. Apakah dia tidak tahu hari ini aku menikah.
Aku bangun sangat terlambat hari ini. Lelah dan capek mungkin dengan pesta kemarin. ‘’Katanya punya sikap, perilaku dan displin yang baik makanya banyak yang mengejar kamu. Nah sekarang bangun pagi dan melihat suamimu berangkat kerja saja tidak bisa’’. Dengan mata berapi-api dan menyala ibu mertuaku mengatakan kata setajam itu padaku. Aku diam. Ini memang salahku. Aku mulai membersihkan semua ruangan dan semua pekerjaan yang ada dirumah ini dilemparkan padaku. Tidak jarang kadang mereka sengaja mengotori lantai agar aku membersihkannya bahkan berkali-kali. Keherananku semakin menjadi melihat suamiku yang tidak melawan melihatku diperlakukan seperti itu. Aku hanya bisa bersabar semampuku. Terlihat tegar saat didepan mereka tapi saat tengah malam mulai tiba aku mulai menangis terisak-isak menyesali pernikahan ini. Aku benci kedua orangtuaku yang menjodohkanku dengan suamiku.
Aku dan suamiku memutuskan untuk tinggal terpisah dengan ibu mertuaku. Sudah tidak tahan lagi rasanya aku, tetapi kelegaan luar biasa suamiku banyak berubah. Dia selalu pulang sebelum maghrib agar kami bisa berjama’ah terlebih kami sudah memiliki dua anak. Suamiku, bahkan dia meninggalkan rumah dan rela dicoret dari daftar yang harusnya mendapatkan warisan keluarganya yang kaya. Hari ini pertama kalinya aku mendengarnya mengaji. Indah sekali, sama seperti yang pernah kudengar 6 tahun yang lalu. ‘’Kau tahu? Seorang laki-laki yang kau lihat disurau tiap malam itu aku, aku selalu menunggumu untuk datang dan melihatku’’. Katanya lembut membelai wajahku. Aku tersenyum membenamkan wajahku di dadanya. Dengan lembut aku mengatakan aku mengikrarkan sesuatu dihatiku bahwa cinta sejatiku adalah lelaki yang mengaji disurau itu yang ternyata kau, suamiku. Aku bahagia


 


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer