Ku Katakan Pada Hujan
Musim hujan telah sempurna mengangkangi kota Yogyakarta. Kota Istimewa dengan suasana yang sangat menawan saat malam tiba. Ribuan lampu yang menjelma menjadi bintang dan sederetan keindahahan didalamnya. Aku menyukainya.
Aku menulis catatan kecil pada Note Book ku
berselancar ria dengan anganku. Menumpahkan segala keluh kesahku. Coklat yang
tadinya masih hangat dengan asapnya yang masih mengepul sepertinya telah bosan
menunggu ku untuk menyesapnya. Baiklah, akan ku nikmati dulu secangkir coklat
yang sudah tidak hangat itu sebagai penenang hatiku. Selalu begini, saat teguk
demi teguk coklat itu menjalari tenggorakanku, aku merasa benar-benar bahagia.
Entahlah, aku tidak tahu mengapa. Yang aku ketahui aku hanya suka meikmatinya.
Tidak banyak yang mengetahui, bahkan diriku
sendiripun tidak tahu. Kapan semua itu dimulai pun aku tak tahu. Dan tiba-tiba
saja tanpa aku menyadarinya kau datang menelusup kedalam hatiku. Ah, kemarin
aku menangis dan hari ini aku menangis lagi. Aku tertunduk dalam diam. Rasa itu
datang benar-benar tanpa aku ketahui. Pada tiap dentuman waktu aku menyebut
namamu. Tanpa alasan apapun aku selalu ingin berada disampingmu.
Selalu, hingga aku tak tahu sudah kali keberapa
aku menyebut namamu. Sudah sejak kapan aku mengulangi kata itu. Kata yang jauh
tersembunyi didalam hatiku. Lagi-lagi aku tertunduk bersama ribuan hujan yang
berebut menebar aromanya di bumi. Pada akhirnya, ku katakan pada hujan bahwa
sebenarnya ‘’Aku Menyukainya’’. Meski hingga pada batas lelahku menunggu dia
tak akan pernah tahu bahwa ‘’Aku Menyukainya’’.
Yogyakarta, 18 November 2014
Komentar
Posting Komentar