Semilir Nyinyir




Tentang manusia, enggak pernah habis kelakuannya sebagai makhluk yang katanya paling sempurna untuk dibahas. Kelakuan dimulutnya, sifat ataupun sikapnya sehari-hari. Lengkap !

Manusia yang sekarang hidup dizaman dimana nyinyir adalah hal biasa untuk dilakukan. Apalagi ketika melihat sesamanya memiliki kekurangan, sedikit keberuntungan dan beberapa kalebihan. Jadilah nyinyir semacam semilir angin sore hari yang sengaja membelai agar dirasa dan didengar oleh orang yang dituju. Iyap. Itu manusia. Aku juga, yang masih diriku sendiri akui sebagai seorang manusia lengkap dengan segala macam anugerah yang udah Tuhan kasih. 

Emang, pada dasarnya manusia diciptakan dengan segala macam nafsu dan amarah juga enggak pernah puas akan segala sesuatu yang ada dalam dirinya atau yang telah didapatkannya dengan mudah. Padahal banyak banget diluar sana makhluk-makhluk yang juga manusia jatuh bangun ampe nangis darah memperjuangkan sesuatu tapi enggak pernah dapet. Dan yang dapet? Justru malah nyinyir liat yang sebelah mendapatkan sesuatu yang sama dengan kadar yang lebih banyak. Please lah, kita mungkin enggak tahu apa yang didapat oleh yang sebelah itu dengan pengorbanan yang seperti apa, nangis yang sekenceng apa nangisnya, seberapa sering dia jatuh buat dapetin itu semua yang enggak dia share di timeline instagramnya.

Aku sendiri pun yang mengakui diri sendiri sebagai seorang manusia masih selalu melakukan hal yang sama. Semilir nyinyir semacam itu enggak dosa sama sekali. Sengaja nyinyir didepan yang empunya muka. Bodo amat sama tanggepan yang akan dia kasih ke aku. Pokoknya aku enggak suka sama apapun yang nempel di diri dia. 

Setelah dipikir-pikir lagi. Aku merasa banget kalo manusia macam apasih aku ini yang suka iri dan dengki sama apa yang orang lain punya, yang benci banget kalo ada orang yang banyak nilai fisik dan penampilan aku, yang suka marah-marah kalo orang lain ngeluh tentang semua kurang yang didapat yang pada akhirnya bikin aku nyinyir mulu. 

Harusnya aku bisa lebih mikir. Nyinyirin apa yang ada sama orang lain justru ngerugiin diri sendiri. Bikin akunya malah pengen lebih terus padahal Tuhan ngasihnya cuma segitu sesuai kebutuhan. Bikin akunya nabung buat dosa karena aku enggak suka sama pendapat, pemahaman, dan pimikiran orang lain yang buntutnya mulu gamau berhenti buat nyinyir. 

Akhirnya aku mutusin buat lebih bersyukur sama apa yang aku punya, enggak banyak bicara dan melakukan segala hal sesuai apa yang aku inginkan, dan lebih berusaha buat nerima dan mengerti apapun yang ada disekeliling aku. Lingkungan juga orang lain beserta keinginan, pemahaman, pendapat dan kebutuhan mereka. hidup bisa lebih ringan dan bahagia menurut aku. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer