Beratnya Mengucap Kata “Tolong”




Sekedar opini. Sebab, hati kecilku bertanya seberat itukah mengucap sebuah kata sederhana “Tolong”?. Apa lidah bakal kaku dengan hanya mengucap kata itu ketika memang dalam keadaan butuh? Berat atau memang sengaja enggak mau disebut?

Tiba-tiba aja kepikiran untuk satu kata sederhana ini. Entah mungkin aku yang kolot atau orangtuaku yang ketinggalan dengan menanamkan kata itu untuk anak-anaknya. Inget banget ketika masih kecil orangtua selalu negur ketika aku atau adik-adikku meminta bantuan orang lain tanpa ngucapin “Tolong”. Mama pernah bilang mengucapkan kata sederhana itu seenggaknya bisa ngebuat orang lain ngerasa dianggap dan dihargai ketika memang kita butuh mereka. Orang lain juga akan dengan sangat senang hati saat menolong orang yang membutuhkan.

Bener juga sih. Dulu saking idealisnya aku sulit banget buat bantuin orang yang enggak mau ngucapin “Tolong” padahal mereka butuh banget. Dan juga semasa aku kecil pergaulan dan tindak tanduk sangat beraturan. Kenapa? Saat itu ketika orang butuh bantuan pasti ngucapin “Tolong”, ketika orang mau lewat pasti ngucapin “permisi”, ketika orang menanyakan kabar kita itu artinya orang peduli sama kita.

Nah jauh beda banget sama sekarang. Ketika butuh orang lain dengan gampangnya tinggal minta dan ngomong blak-blakan. Baik, beberapa orang mungkin akan dengan entengnya bilang “Alah enggak apa-apa santai aja” ketika orang lain lupa atau pura-pura lupa ngucapin “tolong”.

Buat aku itu sama sekali apa-apa. Loh gimana sih? Kan kita butuh kok enggak minta tolong? Hal-hal sederhana itu sebenarnya butuh banget dibiasain. Biar kita atau orang lain ketika minta tolong atau ditolongin enggak ada rasa kesel dihati, biar supaya yang menolong lebih ikhlas dan seneng hati ketika menolong, lebih kepada biar kita bisa menghargai satu sama lain. Kan kalo seperti itu yang ditolong enak yang menolong senang. Juga pahala bukan? Sama sekali enggak ada ruginya.

Sayangnya, aku malah terpana disaat-saat sekarang yang siapapun itu menyepelekan hal-hal yang seharusnya ditanam dan dibiasakan sejak kecil. Orang-orang malah lebih menggampangkan sesuatu. Enggak menghargai apa dan siapa yang berhadapan dengan mereka.

Aku benar-benar berharap, ketika nanti aku punya gelar dan mengaplikasikan ilmu yang aku punya. Semua kebiasaan dan hal-hal sepele yang disepelekan itu bisa aku biasakan dan terapkan sama murid-muridku nanti. Terlebih dahulu kepada adik-adik dan keluargaku. Tidak ada salahnya melakukan dan membiasakan hal-hal sepele namun berdampak pada karakter dan sifat yang baik kan? 

Komentar

Postingan Populer