Kesialan pertamaku,
setelah dengan usaha yang sebegitu kerasnya dia mengambil hatiku dan
memposisikan diri sebagai pusat dari seluruh hidupku. Diwaktu berikutnya dia dengan
langkah cepat dan pasti, ringan dan santai. Menyimpan kembali hatiku bahkan tidak
pada tempatnya, mengabarkan kepergiannya lewat berisik angin malam itu.
Kesialan berikutnya, aku
menangis tanpa sedikitpun rasa menyesal telah memberi seluruh hatiku sekaligus
menempatkan dia dengan suka rela didalamnya.
Kesialan yang kembali terjadi
adalah ketika mendapati kenyataan bahwa menjulangnya harapan agar setidaknya
tangan itu mencekal lenganku lembut, menarikku dalam dekap dada bidangnya. Bersamaan
dengan keinginan yang membumbung tinggi untuk mendengar suara paraunya yang
menjelaskan betapa perpisahan ini mengundang tangis, menciptakan baret luka
dihati dan palung yang teramat dalam dijiwa. Agar setidaknya ada alasan untuk
menggamit lengannya kembali.
Komentar
Posting Komentar