KAGET KAN LO ?




Gue nih. Cewek yang beberapa waktu lalu nempatin posisi ratu dikerajaan hidup lo. Meski sekarang udah enggak lagi sih dan justru milih pergi ketempat antah berantah. Pokoknya pergi menjauh dari semua tempat yang pernah kita cita-citakan untuk dikunjungin atau yang pernah jadi saksi bisu ternyata dulu cinta pernah bikin kita buta. Cinta bikin segalanya seperti enggak guna yang penting ada kita semuanya jadi cukup. Yang lain cuma jadi pelengkap.  Juga kayak kebanyakan orang bilang “Selain kita yang lain ngontrak”. Titik !

Setelah berakhirnya masa dimana posisi ratu itu harus gue lepasin, semua terasa jadi salah. Gue bertingkah seakan enggak ada sumber kehidupan lain kecuali lo. Walau gue tahu itu semua salah. Benar-benar salah. Tapi ya itu tadi gue masih kecanduan sama yang namanya cinta. Fakta bahwa cinta bikin manusia yang ngerasain itu buta ya bener banget. Berkali-kali nyalahin diri sendiri bahwa semua ini salah gue. Kenapa juga beberapa waktu kemarin dengan mudahnya ngelepasin. Bukannya mikir gimana caranya mempertahankan.

Jelas. Gue frustasi. Dan itu berkepanjangan untuk waktu yang lama. Marah, benci, kangen. Semua nyampur jadi satu dan gue enggak bisa apa-apa dengan fakta yang amat menyesakkan itu. Mendem. Satu-satunya cara yang bisa gue lakuin.

Parahnya, enggak cuma itu. Setiap kali papasan mau sengaja atau enggak gue malah jadi kikuk, canggung dan bingung. Kadang harus pake mikir apa mesti stay cool and say hello. Atau pura-pura sibuk ngangkat telpon terus pergi. Gue, ya gue milih benar-benar pergi sejauh yang gue bisa. Nyoba memulai lagi kehidupan dimana dulu belum pernah ada kata kita. Dulu semuanya baik-baik aja. Harusnya juga sekarang gitu kan ?

But, kepergian yang faktanya enggak lama-lama amat itu bikin aku malah jadi suka merenung, mendesah panjang dan berpikir jernih. Kenyataannya lo baik-baik aja tanpa gue. Bahkan beberapa kali senyum manis yang sekarang menunjukkan bahwa lo sangat bahagia. Tanpa gue ! kalo elo begitu harusnya gue juga melakukan hal yang sama. Semua rasa yang gue tumpahin tanpa bersisa itu bikin gue menutup mata bahwa ada  orang lain yang sebenarnya juga sayang sama gue lebih dari dia nyayangin diri sendiri.

Beberapa waktu kemudian. Gue bertanya kenapa saat kita lagi-lagi enggak sengaja papasan ada ekspresi yang enggak biasa dari lo. Gue baru inget. Saat itu semua jadi lebih wajar meski ketemu lo. Kaget kan lo? Gimana caranya gue bisa sebiasa ini padahal kemarin-kemarin gue bertingkah macam bukan diri gue sendiri? Jawabannya Cuma satu. Ikhlas. Gue pikir dipaksa seperti apapun lo enggak akan bisa jadi milik gue lagi ketika semua perasaan itu udah keburu lo hapus. Dan setiap yang pergi bukannya pasti diganti sama yang lebih baik?


Komentar

Postingan Populer