Mereka Bilang Aku itu. . .
Beberapa
hari terakhir aku keinget sama hal-hal yang orang lain katakan.
Tentang sifat, perilaku, kebiasaan dan cara pikirku yang kadang enggak cocok
sama mereka. Dan mereka
sering bilang aku itu. . .
v Blo’on /lola alias loading
lama/enggak nyambung
Berkali-kali aku pernah dikatain kayak gini. “kamu tuh blo’on banget sih?” atau “Males ah ngomong sama kamu lola” dan
kadang begini “Tiik ngomong apasih enggak
nyambung banget”. Beberapa versi kalimat itu sering aku denger. Jadi begini
aku atau kalian semua tau cara ngobrol, pembahasan dalam obrolan, atau sesuatu
yang enggak pengen didengar oleh masing-masing orang itu beda-beda. Sama kayak
aku atau kalian, kalo aja saat ngobrol sama kalian aku enggak tahu atau aku
enggak paham apa yang kalian bahas karena memang aku enggak pernah tau itu.
Ketidaktahuan seseorang terhadap suatu hal bukan semata-mata menandakan orang
tersebut enggak tahu apa-apa atau istilah kerennya blo’on.
Dan pada situasi yang berbeda ketika kita asyik
berbincang-bincang ria kalian mendapati aku lola
atau yang sering kalian sebut loading lama
itu berarti aku lagi enggak pengen ngebahas sesuatu tersebut. Yang terlihat
loading lama kadang juga sengaja berpura-pura lola untuk menghindari obrolan
yang enggak berguna. Tapi kadang nge “label”in
orang itu gampang banget tanpa pernah kita mikir ada saatnya kita dalam keadaan
yang sama. Lola juga bisa jadi karena
seseorang mungkin lelah sebelumnya belajar setengah mati buat ujian atau kerja
setengah mati buat ngidupin diri sendiri yang enggak mungkin mereka share di linimasa instagram atau whatsapp story. Pahamilah !
Pada sisi yang lain orang yang kalian bilang “enggak
nyambung” itu khususnya aku ya sama kayak apa yang udah aku bahas diatas.
Keinginan berpikir atau pembahasan kita beda makanya kadang malah jadi gak
nyambung kan. Nah dalam hal ini aku bersyukur punya sahabat dan dia yang paham
kalo aku lagi dalam keadaan blo’on, lola atau gak nyambung secara sengaja atau tidak.
v Enggak bisa dibecandain
Pada banyak manusia kita sangat tahu dengan pasti
bahwa dalam diri kita masing-masing tumbuh dengan karakter yang beda-beda dalam
segala hal yang udah pasti enggak akan sama. Ada orang yang bisa dengan mudah
nanggepin candaan mulai dari level biasa sampai level yang bikin makan ati.
Tapi ada juga orang yang sebaliknya sangat enggak suka dibecandain dalam segala
level. Dalam hal ini, aku orang yang netral. Bagiku becanda juga perlu apalagi
kalo lagi “hectic” dalam banyak hal.
Tapi, becanda dilevel yang standar, becanda yang enggak perlu nyinggung ras,
nyinggung fisik yang keterlaluan, nyinggung kekurangan diri atau orangtua. Dan
aku benci sama becanda tipe yang kayak gitu. Kenapa? Karena emang enggak
penting banget, selain nyakitin perasaan yang dibecandain kita juga enggak
dapet apa-apa untuk itu. Bahagia mungkin iya sesaat tapi selanjutnya? Malah
jadi dosa kan.
v Menyalahkan
orang lain demi diri sendiri
Satu kalimat ini yang benar-benar melekat dihati aku
yang bikin aku merenung lama banget. Dulu, sebelum kerja aku pernah bergelut
disebuah organisasi kampus. Kami akan membuat sebuah kegiatan besar berlevel
nasional. Aku menjabat sebagai seorang sekretaris saat itu. Sampai kemudian ada
musibah yang menimpa rekanku alhasil akulah yang menggantikan posisinya. Double job awalnya, setelah kemudian aku
juga diharuskan menjadi bagian dari kesekreatariatan. Enggak tanggung-tanggung
malah berlipat jadi triple job.
Menjadi sekretaris di dua posisi yang berbeda aja
udah bikin mumet apalagi ditambah harus mengatur keuangan dan banyak hal
tentang kesekretaritan. Belum habis sampai situ aku masih dicap sebagai “Orang yang menyalahkan orang demi
kelihatan hebat”. Proses panjang kegiatan tersebut yang sampai
berbulan-bulan bikin kuliah jadi berantakan, konsentrasi buyar, kesehatan mulai
turun. Disekitar orang lain sibuk nanya kenapa hanya aku yang ngerjain semua
itu, kenapa Cuma aku yang selalu kena semprot dosen saat presentasi kemajuan
kegiatan, kenapa selalu aku yang stay
ditempat dan banyak pertanyaan lainnya.
Aku mulai tertekan dan hanya menjawab sekenanya
seperti “Dia lagi kena musibah dan enggak bisa dihubungi” atau “Dia lagi sibuk
jadi asisten” atau “dia lagi ada acara”. Sampai akhirnya aku enggak nyangka
protes dari banyak orang itu malah bikin beberapa orang ini mengatakan hal yang
enggak enak ke aku. Dan aku ? Cuma diam dan nangis. Iya, aku nangis dan
akhirnya jatuh sakit saat nyelesein semua kerjaan dan kegiatan itu, setelah
banyak amarah dan kebencian mereka, setelah banyak pujian atas tegas dan
kinerjaku yang kadang enggak dihargai. Terimakasih. Aku belajar banyak hal
untuk ini.
v Penyendiri
“Kamu kok suka banget
sih kemana-mana sendiri?”
“Kamu kok bisa ya
ngelakuin banyak hal sendiri?”
Baik, itu beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh
banyak orang disekitarku sejak kecil sampai sekarang aku sudah bekerja sebagai
seoranng guru. Mulia kan yaaa. Oke balik ke pembahasan awal. Jadi begini,
kenapa aku bisa ngelakuin banyak hal sendiri? Selain karena dididik menjadi
mandiri aku juga berpikir kenapa enggak
berusaha untuk ngelakuin segala hal itu sendiri selagi bisa? Kapan kita tahu
kita bisa? Yaa kalo dicoba kan? Enggak rugi juga karena dari melakukan hal
sendiri kita bisa mandiri, bisa tahu kemampuan dan kualitas diri, dan yang
pasti enggak perlu ngerepotin orang. Aku enggak suka.
Terus kenapa aku kemana-mana sendiri? Karena aku
selalu berpegang pada prinsip semasih bisa sendiri kenapa perlu orang lain.
Meskipun dibanyak hal kita juga perlu orang lain sebagai makhluk sosial sesuai
kodratnya. Dan, kenapa aku juga lebih sendiri? Karena saat sendiri adalah saat
yang sangat aku butuhin. Saat dimana aku akan merenungkan kesalahan-kesalahan
untuk jangan sampai dilakukan lagi, saat dimana aku perlu merenungkan masa
depan dan harus jadi apa aku ini, saat dimana aku perlu merenungkan hal apa
saja yang udah aku lakukan untuk membanggakan orangtuaku dan taat pada Tuhanku,
saat dimana aku perlu merenung sejauh ini apakah aku sudah berguna untuk
oranglain.
v Sok disiplin
Enggak tahu kenapa sih mungkin juga karena kebiasaan
dirumah yang bikin aku keterlaluan disiplin. Enggak selalu juga sebenarnya.
Hal-hal kecil seperti aku benci kalau harus telat karena aku enggak mau bikin
orang nunggu. Nunggu itu? Sama sekali enggak menyenangkan. Sebaliknya, aku
enggak suka sama orang yang telat karena bakal bikin aku nunggu.
v Cerewet
Dibagian
yang ini, aku bisa jadi dua hal yang berbeda. Bisa jadi cerewet atau sangat
pendiam tergantung pada situasi dan kondisi serta orang yang aku temui. Ketika
aku mulai cerewet dan banyak bicara saat itu berarti aku menemukan situasi yang
nyaman atau teman bicara yang menyenangkan. Kalau disaat-saat tertentu aku
mulai diam dan irit bicara berarti lawan bicaraku enggak menyenangkan atau apa
yang lawan bicaraku obrolkan enggak sesuai sama apa yang mau aku obrolin.
v Dan lain-lain
Begitulah
beberapa hal yang mereka katakan tentang aku dan mungkin akan ada yang lain
lagi nanti.
Komentar
Posting Komentar