Being A Minority





"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Qs : Ar-Rahman).

See, Pulau Dewata se-indah itu. Dulu waktu masa-masa kuliah di Pulau Jawa rasanya pengen banget tinggal di Bali atau minimal berlibur barang beberapa hari kesana. Penasaran, se-eksotis apasih pulau itu sampai-sampai hampir semua orang kelewat banyak yang muji indahnya. Orang-orang juga sepertinya bangga banget kalau bisa liburan kesana. Berkelas dan kece punya  (katanya). 

Saat ini, hampir setahun terakhir waktuku dihabiskan di Pulau ini. First time, menginjakkan kaki di kota ini rasanya abu-abu. Bingung antara harus senang-bangga atau malah enggak tau harus bilang apa. Satu sisi, bangga dong. Sekarang tinggal di kota yang diimpikan banyak orang yang aku kenal. Sisi lain, hati kecilku bilang "Duh kayaknya ini bukan tempatnya kamu banget ti"

Bali itu kota yang mayoritas warganya memeluk agama Hindu. Mereka termasuk umat yang taat menjalankan agama mereka. Bersatu dan sungguh-sungguh. Jujur, salut banget sama ketaaatan mereka. Banyak banget rangkaian adat dan hari besar yang harus mereka lakukan dan rayakan. Dan menjadi minoritas disini nyatanya enggak mudah. Biasanya, di jawa atau di NTB shalat enggak perlu takut telat apalagi lupa. Secara adzan berkumandang dimana-mana, bisa saling mengingatkan karena semua muslim dan muslimah. Sedangkan disini, sejak sampai malam itu bisa dihitung jari berapa kali aku denger suara adzan. Jadi setiap hari harus ngandelin alarm pengingat biar bisa shalat. Tiap hari juga selalu khawatir bakal ketinggalan Shalat. 

Bukan cuma itu, dibalik asik dan gemerlapnya Bali, sebagai seorang muslimah banyak banget kekhawatiran lain yang aku rasain. Seperti kalau mantai atau taman yang otomatis harus shalat dijalan aku kesulitan dimana harusnya shalat atau dimana aku harus wudhu. Kompleks kos yang rata-rata penghuninya campur (Laki-laki dan perempuan). Warga sekitar yang juga tiap rumah memelihara anjing. 

Ternyata menjadi minoritas sama sekali enggak mudah untuk dijalani. Banyak hal yang harus dijaga dan dikhawatirkan. Dan toleransi itu penting, bukan cuma perkara saling menghargai agama tetapi juga pendapat dan adat yang berbeda. Dari situ banyak hal yang berubah dari aku, baik cara pandang atau memperlakukan orang lain. 

Begitulah Bali dimataku :)
















Komentar

Postingan Populer