Danar, dengarkan aku !

Danar memang begitu, melakukan segala sesuatu sesuka hatinya. Seperti sekarang, dia membuat ponselku berteriak sepanjang lima belas menit. Usaha yang keras, dan tidak akan berhenti sebelum usahanya membuahkan hasil. Baiklah, aku mengangkat telfonnya sambil menggerutu. Mungkin dia tidak punya jam dinding atau tidak tahu bagaimana caranya membaca jam. Demi Tuhan, ini pukul dua belas malam.

Tuhan, aku ingin memberi perhitungan dengannya. Pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya membuatku tercengang "Bagaimana hari ini?" Yang langsung aku jawab dengan dengusan. Danar, kau tahu? Hari ini melelahkan sekali, sungguh. Dan kau menambah kekacauan moodku malam ini. 

Aku memperbaiki posisi duduk. Mungkin tidak ada salahnya menceritakan penyebab berantakannya moodku hari ini padanya. 

"Danar, aku berdebat panjang dengan rekan kerjaku hari ini". Dan cerita-cerita dengan kalimat yang tidak teratur dan sangat berantakan keluar dari mulutku tanpa memberinya kesempatan untuk menyela. Sesekali diselingi isak tangis yang aku sendiri tidak mengerti mengapa sulit sekali untuk dibendung. 

Oh iya, aku lupa. Danar tidak pernah menyela omongan orang lain. Itu yang aku suka darinya. Dia akan dengan sabar mendengar sampai cerita yang bahkan aku sendiri tidak mengerti susunannya selesai. Hembusan nafasnya yang berat dariseberang sana terdengar. Dia pasti sedang mencari kalimat penenang atau solusi. 

Setelah ceritaku benar-benar selesai, dia mengatakan bahwa "Bagaimanapun akan selalu ada perdebatan dan perbedaan pendapat dengan siapapun itu. Lihatlah banyak hal dalam hidup dari segala sisi agar ego diri enggak selalu menang agar bisa selalu berdampingan".  

Terimakasih Danar untuk cerita panjang yang sudah mau kau dengar dengan sabar, sudah mau mengerti lebih banyak meski tahu sedikit, sudah mau berdampingan dengan diantara banyak perbedaan. 

Sampaikan pada ibumu "Terimakasih karena sudah melahirkan seorang putra yang hangat dan menyenangkan dibanyak hal dan keadaan". 

Denpasar, 29 Januari 2021