Danar, apa kabar disana?
Aku baik, tentu saja. Kamu tahu itu. aku masih betah mengajar walaupun seringkali mengeluh. Kalau dulu aku selalu bilang Jogja adalah tempat paling nyaman, sepertinya sekarang mulai berubah. Bali merubah banyak hal, dugaan, cara berpikir dan diriku sendiri. Aku mulai suka menghabiskan sore di pantai Sanur sambil makan lumpia padahal seharusnya aku datang saat matahari akan terbit. tetapi masing-masing orang punya caranya sendiri untuk menikmati apa yang ada disekitarnya bukan?
Bali meruntuhkan dugaanku bahwa semakin lama berada disini aku mungkin akan goyah pada keyakinanku. Ternyata kamu benar ! Aku tidak lantas goyah begitu saja karena dikelilingi oleh orang-orang yang positif dan senang mengajak melakukan hal-hal baik.
Lalu bagaimana denganmu? Masih sibuk melakukan penelitian? Masih sibuk membaca puluhan jurnal? atau masih sering melupakan banyak hal ketika belum meneguk secangkir kopi? Hahaha kebiasaan-kebiasaan yang membuatku seringkali marah itu justru jadi hal yang aku rindukan darimu.
Kamu masih ingatkan? Bahwa diantara banyak hal aku selalu meyakini dan mempercayai semua mimpimu. Selalu antusias mendengar cerita-ceritamu tentang hal-hal yang sedang atau ingin kamu wujudkan. Tentang negara-negara yang ingin kamu kunjungi.
Sayang sekali saat itu aku terlalu naif dengan berpikir bahwa mau sejauh apapun, kita akan kembali pada satu sama lain. Aku menyesal karena mengira kita akan bertemu cepat atau lambat lalu menghabiskan banyak waktu bersama. Merancang kerangka kehidupan sampai nanti rambut berubah menjadi putih. Akan bagaimana kita kalau nanti menjadi orangtua, pendidikan seperti apa yang terbaik untuk kita versi junior dan banyak hal lain yang bisa kita lakukan.
Aku melupakan banyak hal penting kalau untuk bersama, ternyata kita butuh lebih dari sekedar cinta. Tentang restu, keyakinan, visi dan misi hidup serta banyak hal lainnya. Cinta tidak lantas bisa menjamin kita bisa hidup bersama mungkin karena itu banyak pasangan yang berpisah meski berkali-kali mengaku bahwa mereka saling mencintai.
Sama halnya dengan kita saling mencintai dan memahami serta mengenal belasan tahun nyatanya tidak cukup untuk bisa bersama. Ada restu orangtuamu yang harus aku perjuangkan meski mereka mengenalku dengan baik. Ada hal lain yg mereka inginkan dari seorang calon menantunya yang ternyata tidak ada padaku. Tentang aku yang katamu tidak terkalahkan dan tangguh tanpa pernah terlihat luruh. Padahal kamu sendiri melihat betapa panjang prosesnya hingga akhirnya aku bisa begini.
Tetap saja meski pada akhirnya kamu tidak bisa aku miliki doa-doa baik selalu aku rapalkan untukmu. Agar kamu tetap baik dan sehat, agar ayah dan ibumu yang aku sayangi selalu bisa tersenyum hangat serta agar nanti kamu menemukan seseorang yang bisa melengkapi dan mampu berjalan bersisian denganmu. Terakhir aku meminta pada Tuhan agar sedikit demi sedikit meluruhkan perasaanku yang herannya semakin lama semakin besar. Agar setidaknya Tuhan membiarkanku mendapatkan penggantimu yang keluarganya pun menerimaku beserta kurang dan lebihnya dengan baik.
Selamat berbahagia, Danar !
Komentar
Posting Komentar